Pukul 8 pagi aku baru bangun dari tidurku, itu saja aku dibangunkan sama ibuk. Digedor gedor gitu pintu kamarku sambil teriak teriak.
" Dor dor dor, Wan banguuuun dah siang " Begitulah cara ibuk bangunin aku, dan aku jadi heran ke ibuk cepat banget ya judesnya ke aku padahal tadi malam tak nampak judesnya, ah ibukku emang perempuan aneh, lihat aja ntar aku bikin kentang lagi dia.
Akupun keluar dari kamarku, dan kulihat ibuk kini sedang nonton tv, dan daster yang dipake ibuk daster model panjang yang biasa ibuk pake. Jadi ibuk benar benar nggak mau patuh padaku, dan gapapa sih kalo ibuk belum mau patuh sama aku toh aku yakin suatu saat nanti ibuk bakalan patuh, mending sabar dulu dan menikmati apa yang ada dulu.
" Jam segini baru bangun apa kecapek an gara gara tadi malam " Sindir ibuk dengan judesnya sambil menatapku dengan tatapan tajam. Wah ibuk pagi pagi dah ngajak berantem, jadi nyesel kenapa juga tadi malem aku kasih ngecret segala, kalo tau begini jadinya aku bikin kentang saja. ah menyebalkan ibukku ini.
" Lagi males bangun saja buk, lagian mau ngapain pagi pagi dah bangun buk " Ucapku dan aku tak mau lagi kasar ke ibuk, takut kualat.
" Ya bantu ibuk lah, nyapu, ngasih makan ayam gitu, bukannya malah bangun siang " Ucap ibuk dan kini pandangan ibuk beralih ke tv.
" Ya ya besok Wawan bangun pagi " Ucapku mengalah ke ibuk, sambil melangkah ke kamar mandi.
" Buk.. bapak mana " Ucapku yang kini aku sudah diruang tv bersama ibukku, Dan aku sudah mandi juga dah sarapan tentunya.
" Biasalah kesawah " Ucap ibuk judes sambil melirik sinis kearahku.
" Biasa kali buk nadanya nggak perlu judes gitu " Ucapku pelan ke ibuk.
" Suka suka ibuklah, mau ngadu ke bapakmu, sana ngadu " Ucap ibuk dengan galaknya. Wah bener bener nih ibuk, lihat aja ntar aku bikin kentang lagi.
" Ibuk kok jadi gini sih buk ke Wawan, salah Wawan apa to buuuk " Ucapku merajuk ke ibukku.
" Salahmu banyak Wan ke ibuk, pengen tau kesalahanmu apa ke ibuk " Ucap ibuk masih dengan judesnya.
" Apa buk " Ucapku sambil menatap ke wajah ibuk.
" Kesalahanmu yang pertama dah berani motong daster ibuk, kedua dah berani nyuruh nyuruh ibuk, dan ketiga suka ngadu ke bapak, tuh kesalahanmu, eh Wan meski kamu dah ngewe ibuk tapi nggak berarti kamu bisa seenaknya ke ibuk, ibuk tetaplah ibukmu yang sudah mengandung dan melahirkanmu, paham " Ucap ibuk yang kini dengan nada biasa biasa saja tanpa judes dan tanpa ketus.
" Ya paham buk, tapi " Ucapku sengaja tak kulanjutkan.
" Tapi apa " Ucap ibuk sambil menatap wajahku.
" Tapi didunia ini mana ada sih seorang anak yang sudah ngentu ibuknya selain Wawan, nggak ada kan buk, cuma Wawan seoarang anak yang sud " Ucap ku yang tiba tiba mulutku dibekap sama ibukku. jadi nggak bisa ngomong lagi aku.
" Kalo bukan karena bapakmu tak sudi ibuk dijamah olehmu, jadi jangan bicara yang macam macam, ngerti " Cerocos ibuk sambil melepas bekapannya dimulutku.
" Ibuk itu munafik, Ibuk ngrasain nikmatkan saat aku entot, kalo begini Wawan nggak sudi ngasih ibuk kenikmatan " Ucapku sambil berlalu menuju kekamrku, dan braaak kututup pintu kamarku dengan kasar, dan aku benar benar kesal dan menyesal telah memberi kenikmatan ke ibuk, dan aku nggak ingin lagi beri ibuk klimaks sampai ibuk minta minta ampun pun takkan ku beri klimaks. Ya aku begitu kesal ke ibuk, ibuk bukannya berterima kasih telah aku beri kenikmatan malah marah marah terus padaku. dasar ibuk munafik.
Kini kurebahkan tubuhku diranjang, dan aku ingin tidur lagi males berhadapan sama ibuk yang super power bawelnya itu. Dan ketika hendak memejamkan mataku tiba tiba pintu kamarku diketok ketok.
" Wan.. kamu marah ke ibuk " Ucap ibuk sambil mengetok pintu kamarku berulang ulang kali.
" Mau marah kek, nggak kek nggak ada urusannya sama ibuk " Balasku.
" Bagus deh kalo kamu marah sama ibuk, dan yaaah ibuk tau kamu bakalan ngadu ke bapakmu, kalo mau ngadu ya silahkan " Ucap ibuk menyindirku dan ucapan ibuk benar benar menbuatku kesal, dan aku tak ingin beri ibuk kenikmatan lagi. Tak kujawab ucapan ibuk dan kini kupejamkan mataku lalu tertidur.
Jam 12 siang aku terbangun, Lalu aku melangkah keluar dari kamarku, Kulihat ibuk sedang mengobrol sama tetangga di ruang tv dan tetangga itu bernama bu Isna, dan bu Isna ini seumuran sama ibukku hanya saja bu Isna belum mempunyai anak, denger denger sih suaminya bu Isna kena penyakit impoten jadi tentu saja nggak bisa menghamili bu Isna, oh ya bu Isna ini masih saudara dari ibukku, kalo nggak salah sih ibuknya ibukku yaitu nenekku adiknya ibuknya bu Isna, jadi seharusnya aku manggil bu Isna itu budhe gitu tapi aku lebih suka manggil bu Isna saja. Dan bu Isna ini dalam kesehariannya berjilbab juga seorang guru ngaji anak anak. Rumahku sama rumah bu Isna ini hanya berjarak 4 rumah saja jadi sangat dekatlah dari rumahku.
Kini aku mendekat kearah ibuk dan bu Isna, tentunya mau salim ke tamu biar keliatan alim.
" Eh Wawan bangun to " Ucap bu Isna sambil mengulurkan tangannya dan aku menyambut mencium tangan bu Isna.
" Iya bu Isna " Ucapku setelah mencium tangan bu Isna.
" Tau nih mbak, molor terus kerjaannya " Cerocos ibuk ngedumel tak jelas.
" Kan nggak ada kegiatan jadi wajarkan kalo tidur, mending tidur daripada kelayapan " Ucap bu Isna membelaku dan aku kini duduk didekat bu Isna.
" Ya begitulah ibuk sukanya marah marah terus ke Wawan lo bu Isna " Ucapku mengadu ke bu Isna, dan bu Isna ini sayang padaku juga sudah menganggapku sebagai anaknya sendiri, sering waktu aku masih sekolah aku diberi uang saku sama bu Isna.
" Sudahlah Sari jangan marah marah mulu ke Wawan, ntar Wawan pergi kamu yang bingung lo " Ucap bu Isna ke ibuk. Kulihat ibuk melotot kepadaku dan aku cuma cengengesan saja.
" Suka suka dibela sama budhe mu " Ucap ibuk terlihat sebal.
" Bu Isna makin cantik saja " Rayuku ke bu Isna dan kulihat bu Isna terlihat merah merona pipinya dan ibuk ehm tentu saja jengkel dia dan melotot kearahku.
" Ih kamu kecil kecil dah pinter ngerayu Wan Wawan " Ucap bu Isna sambil tersenyum.
" Wawan dah gedhe lo buktinya bikin ibuk " Ucapku terhenti saat melihat ibuk melotot tajam kearahku, dan nampak ketakutan jika persetubuhan kami terbongkar. padahal aku cuma main main saja dan mana mungkin aku mengatakan hal ini keorang lain.
" Bikin ibukmu kenapa Wan " Tanya bu Isna.
" Ya bikin ibuk marah marahlah apalagi " Ucapku dan ibuk kini tak lagi mempelototiku.
" Oooh kirain apa cuma bikin marah marah doang to " Ucap bu Isna.
" Oh ya bu Isna maaf bukannya mau lancang tapi apa bu Isna nggak ingin punya anak gitu " Ucapku penuh kehati hatian takut bu Isna tersinggung.
" Uatooo " jeritku kesakitan ketika ibuk menyubit pahaku, awas saja ntar aku bales, eh nggak jadi nding ntar malah kualat bales nyubit ibuk.
" Gapapa Sari, Wawan nggak salah kok dan kamu Wan sebenarnya Ibu juga pengen punya anak tapi mau gimana lagi suami ibuk tak mampu buat ibu hamil, makanya kamu ibu anggap anak biar ibu punya anak gitu " Ucap Bu Isna dan kulihat bu Isna nampak sedih gitu. jadi nyesel kenapa aku harus nanyak gitu ke bu Isna.
" Apa nggak ada solusinya biar mbak punya momongan " Ucap ibukku menimpali.
" Sudah beribu ribu cara namun tak ada hasilnya tapi ada 1 cara yang belum kami coba dan itu 90% bisa membuat mbak hamil tapi ini tak mungkin mbak lakukan Sari " Ucap bu Isna.
" Apa itu kalo Sari boleh tau mbak " Ucap ibukku penasaran dan aku juga penasaran.
" Disetubuhi selain suamiku, dan itu tak mungkin mbak lakukan Sari, dosa " Ucap bu Isna sambil menitikkan air matanya.
" Wan balik kekamar " Ucap ibukku sambil melotot dan akupun patuh lalu hendak beranjak menuju kamarku tapi aku ditahan sama bu Isna.
" Gapapa Sari biar Wawan disini toh mbak kangen sama Wawan lagian dah beberapa hari ini Wawan tak pernah main kerumah " Ucap bu Isna dan akupun langsung melet ke ibuk tentu saja membuat ibuk melotot kearahku.
" Ya sudah Sari buatkan minum dulu ya mbak " Ucap ibukku dan bu Isna cuma mengangguk saja. nah kesempatan nih buat ngegoda bu Isna siapa tau bu Isna klepek klepek padaku.
" Bu Isna jangan sedih ya kalo bu Isna sedih jadi Wawan ikut sedih " Ucapku sambil memandang wajah bu Isna yang masih terlihat ayu itu namun masih ayu ibukku sih, dan bu Isna ini lebih tinggi sedikit dibanding ibukku, tubuhnya nggak kurus nggak gemuk sementara payudaranya masih besaran milik ibukku tapi ntahlah kan sekarang bu Isna pake gamis terusan gitu tapi meskipun gitu payudaranya nampak mengembung dibalik dasternya.
" Ah bisa saja kamu Wan, eh Wan kamu udah punya pacar belum " Tanya bu Isna sambil mengelap air matanya.
" Sudah tapi sudah putus, apa bu Isna mau jadi pacarku " Ucapku dan aku berani mengatakannya karena aku tau bu Isna nggak bakal marah padaku, karena kami sering bersenda gurau gitu.
" Wawan Wawan bisa saja kamu, mana mungkin ibu jadi pacarmu ntar suami ibu marah lo " Ucap bu Isna yang kini sudah tak sedih lagi.
" Ya jangan sampe taulah bu Isna " Ucapku yang masih menatap kewajah bu Isna.
" Nggak ah masa' ibu mau pacaran sama ponakan sendiri sih " Ucap bu Isna yang juga sambil menatapku dan kini wajahku semakin mendekat kewajah bu Isna dan bibirku kini hanya berjarak 1 jari saja dari bibir bu Isna dan tiba tiba Cuuuuup aku mencium bibir bu Isna dan melumat lumat bibir bu Isna, sementara bu Isna nampak diam saja tak melawan saat bibirnya kulumat lumat, dan aksi nakalku kian menjadi kini kedua tanganku meremas remas payudara bu Isna dibalik gamisnya dan tiba tiba...
" Apa yang kalian lakukan " Ucap ibuk membuatku serta bu Isna kaget dan ciuman kami pun lepas, Kulihat ibuk nampak marah padaku sementara bu Isna hanya diam dan terlihat kebingungan. Ah mati aku.....