Ibu,..
Jika ku ingat nama ibu, beliau adalah sosok yang sangat aku kagumi dan contoh teladan bagiku. Seperti matahari yang menyinari bumi dipagi hari, begitu hangatnya perhatianmu pada anakmu. Bagiku ibu adalah pelengkap keindahan duniawi, karena dia satu-satunya orang yang merawatku, menjagaku sampai seperti ini. Tanpanya dunia yang begitu indah ini akan terasa hampa tanpamu ibu.
Aminah, dia adalah ibuku satu-satunya orang tuaku berusia 43 tahun seorang single parents. Ibu menurut pandanganku sebagai seorang lelaki, beliau bertubuh montok dengan payudaranya ukuran 36b atau mungkin lebih karena saking besarnya, lebar pinggulnya aku perkirakan sekitar 50 cm benar-benar bahenol. Jika ibuku berjalan, kulihat pantatnya sampai bergetar juga payudaranya pun sampai ikut berguncang, padahal beliau pake bh yang seukuran payudaranya, tapi karena saking besarnya payudara ibu pernah kulihat bhnya tak muat menampung payudara ibuku yang montok. Siapapun yang melihat pinggul ibuku juga payudaranya saya menjamin langsung ereksi penis bapak-bapak tua maupun anak muda karena pesona ibuku yang kelewat batas auranya.
Sudah lebih 10 tahun ibuku menjanda, banyak bapak tua bahkan bujangan ingin menikahi ibuku. Tapi ibu selalu menolaknya karena ibu selalu teringat mendiang suaminya yang sudah meninggal dunia. Selain itu ibu ingin fokus mengurus aku yang sebenarnya aku sendiri sudah dewasa.
Sungguh alasan yang menurutku aneh, padahal aku sudah berusia 23 tahun tapi perhatian ibu padaku sungguh luar biasa. Pernah aku tanyakan kepada ibu kenapa tak mau menikah lagi? Alasannya ibu takut meninggalkan diriku dan pasti akan ikut suaminya kemana pun suaminya pergi, sedangkan ibu tak mau jauh dariku. Kedua, ibu masih bisa mencari uang dan dia bilang ada aku yang melindungi dirinya. Jadi ibu sama sekali tak ingin menikah lagi apapun yang akan terjadi.
Aku dan ibu tinggal didekat gunung salak, tempat para pendaki yang ingin menikmati keindahan alam yang luar biasa pesonanya. Ditempat inilah saya bersama ibu hidup dari membuka warung kecil-kecilan. Warung yang terbuat dari papan kayu peninggalan almarhum ayahku dulu, kami teruskan dengan penuh kesabaran. Selama aku ada bersama ibu takkan ada yang berani macam-macam sama ibuku, karena aku sendiri berperawakan tinggi dan kekar seperti binaragawan, mungkin karena aku seorang pekerja keras, senang berolahraga dan pernah belajar ilmu beladiri.
Kehidupan kami sederhana tak bergelimang harta, aku dan ibu hidup dari berjualan makanan dan minuman yang biasa dijual warung-warung kecil. Selain itu diwaktu senggang aku suka pergi ke gunung memasang perangkap burung, lalu aku jual kepasar dengan harga yang lumayan mahal. Uangnya aku belanjakan dipasar untuk memenuhi yang ada di warung, ibuku sangat senang melihat sifatku yang penuh rasa tanggung jawab terhadap keluarga.
Ibu sebenarnya tak mau jauh dariku, selain khawatir denganku, ibu juga takut ditinggal sendiri diwarung. Hidup 23 tahun bersama ibu berdua bukankah waktu yang sebentar, dengan tubuh ibu yang serba besar seperti tubuh, payudara dan pantatnya yang bahenol ingin rasanya aku dudukan ibu dilahunanku sambil aku masukkan kontolku kedalam lobang pantatnya. Aku selalu berpikiran jorok jika melihat atau berdekatan dengan ibu, ingin sekali kurasakan seluruh tubuhnya kehangatannya, bau vaginanya, rasanya, semuanya ingin aku miliki ibuku seutuhnya. Untuk itulah aku suka cemburu jika ada pria lain yang mencoba mendekati ibuku. Pernah aku ungkapkan kepada ibu rasa cemburuku padanya, tapi ibu meyakinkanku bahwa takkan ada pria lain yang dapat menggantikan posisi almarhum suaminya dihatinya.
Aku pernah merayunya, "lalu apakah aku bisa menggantikan posisi ayah dihati ibu?"
Ibuku berkata, "arga, kamu satu-satunya lelaki yang menggantikan tanggung jawab ayahmu, merawat ibu, menjaga ibu, merhatikan ibu dan ibu sangat menyayangimu.."
Aku hanya tersenyum kepada ibuku, lalu aku pegang tangannya dengan penuh rasa hormat aku cium tangannya dengan lembut.
Sebenarnya aku juga ingin bilang kepada ibu tentang perasaanku padanya, tapi hanya bisa didalam hati, "lalu apakah aku boleh menggantikan ayah menikmati tubuh ibu? payudara ibu juga memekmu Bu?" Tapi aku pendam dalam hati karena aku yakin ibu pasti akan marah kepadaku.
Ditempat ini aku dikenal berani, karena pernah melawan 4 orang yang mengacau ditempat ini. Tapi dengan warga sekitar aku orang yang ramah dan selalu menolong tetangga yang membutuhkan. Tidak pernah sekalipun saya mengganggu warga sekitar dan aku pun diangkat sebagai ketua keamanan di jalur ini pun bukan atas kemauanku sendiri, tapi hasil musyawarah para warga sekitar yang berjualan.
Selama tak menyangkut harga diri keluarga aku dikenal ramah, tapi jika ada yang macam-macam sama ibuku mereka sudah tahu apa ganjarannya. Orang-orang disini respek terhadap masalah tetangganya, tapi bersikap biasa saja jika itu masalah pribadi.
***
Aku sangat menyayangi ibuku, perasaan ibu pun malah melebihi kasih sayangku karena beliaulah yang mengandung, melahirkanku, menyusuiku dan merawatku dengan penuh kesabaran dan kasih sayang. Sering aku tiduran dipangkuannya jika warung sudah tutup sambil tangan ibu mengusap-usap kepalaku mengusap pipiku. Ketika tiduran dilahunannya sambil menghadap perut ibu, sekilas aku mencium wangi sabun sirih yang berasal dari memeknya ibuku. Membuat aku betah berlama-lama tiduran dilahunannya. Ibu entah menyadari atau tidak perbuatanku juga sikapku kepadanya, tapi ibu masih mengelus kepalaku dengan penuh perasaan sayang. Ibu tidak menyadari bahwa aku sangat sange kepadanya, ingin sekali aku jilati memeknya, ku hisap klentitnya ku hamili dirinya. Tapi khayalan hanyalah tinggal khayalan semata, takkan mungkin jadi kenyataan. Karena tak mungkin seorang ibu mau disetubuhi oleh anaknya sendiri jika bukan karena saling suka sama suka, atau memang sangat beruntung untuk menyetubuhinya.
Ditempat ini banyak pendaki yang istirahat numpang minum kopi dan nyeduh mie instan. Aku sering membantu ibu melayani para pendaki dan tak jarang kami sering diberi oleh-oleh dari mereka. Aku dan ibu sangat bersyukur, walau hidup serba sederhana tapi kami merasa cukup dengan keadaan hidup yang seperti ini.
Ibu pernah berkata kepadaku disela-sela kesibukan melayani pengunjung, dia duduk di sampingku, "Selama bersama kamu Arga, ibu merasaan hidup ini begitu bermakna. Kamu satu-satunya orang yang membuat ibu semangat untuk hidup, menikmati kehidupan yang sederhana bersama orang yang disayangi membuat ibu merasa bahagia.." ibu melirikku sambil tersenyum, senyumannya ibu membuatku membalas senyumannya. Tingkah ibu kepadaku selalu membuat kontolku berontak, ingin sekali aku masukkan lidahku kedalam mulutnya juga kontolku kedalam memeknya. Pasti nikmat sekali jika aku sampai bisa menyetubuhinya, menyatukan dua kelamin antara anak dan ibu kandung hingga spermaku membaur dengan cairan didalam tubuhnya, bahkan sampai bisa membuat ibuku mengandung anakku. Sungguh aku mengharapkan ibu menjadi istriku, tak ada wanita lain yang bisa menggantikan pesona ibu didalam hatiku.
Meskipun ibu tak secantik wanita-wanita yang ada dikota, tapi sensasinya itu yang membuatku tergila-gila padanya. Menindihnya, menyatukan kelamin, menyatukan mulut, hingga menyatukan spermaku dengan sel telurnya sampai mengandung dan melahirkan bayi dari hubungan anak dan ibu. Sungguh niatku, harapanku ini begitu mulia karena selain melanjutkan keturunan dari ayah, tentunya aku akan menjaga ibuku dan akan selalu bersamanya melindunginya.
Sejujurnya aku sangat mencintai ibuku, ingin sekali aku menjadi suaminya, tapi aku tak berani mengungkapkannya. Tak mungkin seorang anak menjadi suami bagi ibunya sendiri, aku paham itu. Tapi parasaan ini tak bisa aku membohongi diriku sendiri untuk memiliki ibu seutuhnya. Seperti halnya lelaki lain yang tertarik dengan pesona ibu, aku pun malah lebih tersiksa hidup serumah dengan ibu, melihat tubuhnya itu yang membuatku ingin sekali mencicipi tubuhnya meskipun hanya sebentar saja.
Seperti biasa setelah jam 10 malam warung kami tutup, ku lihat ibuku habis mandi dan melewatiku dalam keadaan memakai handuk mau masuk ke kamar. Tubuhnya yang terlihat segar sehabis mandi, rambutnya yang panjang terurai basah, payudaranya yang menyembul keatas juga pantatnya yang bahenol membuatku terpesona melihatnya.
Ketika melewatiku ibu tersenyum kepadaku dan berkata, "Arga, kamu kok liatin ibu kayak gitu sih.. ibu malu loh diliatin kamu..." kata ibu sambil menyilangkan tangan kanannya menutupi payudaranya yang montok menyembul.
"Wajar dong Bu, Arga liatin ibu. Abisnya aku mempunyai seorang ibu yang selain cantik dan penyayang, tubuh ibu itu enak dilihatnya bahenol banget Arga suka. Lelaki mana coba bu yang tak ingin memiliki ibu?, Arga juga ingin memiliki ibu" Kataku sambil tersenyum.
Ibuku bukannya melangkah kedalam kamar malah melangkah ke arahku dan sekarang tepat di depanku berdiri sosok tubuh ibuku yang berbalut handuk putih. Wangi harum sabun Lux dari tubuhnya, sebenarnya membuatku ingin menerkam ibuku tapi aku tahan sebisa mungkin.
"Arga, setiap ibu pasti menyayangi anaknya, apalagi kamu putra ibu satu-satunya yang ibu punya, kasih sayang ibu tercurahkan semuanya untuk kamu nak...emang ibu masih seksi ya sayang?" Kata ibu yang kini menurunkan tangannya dan menempatkannya disamping, ibu sepertinya ingin meminta pendapatku tentang tubuhnya itu.
"Tentu Bu, ibu dimata Arga adalah wanita yang benar-benar sempurna. Kalaulah ibu bukan ibuku tentu ibu akan aku nikahi Bu.." kataku dengan penuh semangat mengatakannya.
Ibu hanya terdiam dan berekspresi cemberut manja seperti gadis Jepang yang terlihat imut dan menggemaskan. Sikapnya itu membuat kontolku dibalik celanaku ngaceng hebat, jika saja akal sehatku dikalahkan nafsuku sudah pasti aku masukkan seluruh batang kontolku masuk kedalam memeknya yang sedang bersembunyi dibalik handuknya itu.
"Arga, kamu mah bikin ibu kesel ihh... Masa kalau ibu bukan ibu kamu... Lagian kamu mau emang menikahi wanita tua seperti ibu jika ibu bukan ibu kamu?" Ibu menatapku sehingga aku dengannya saling berpandangan.
"Iya tentu saja Bu, Arga akan memperistri ibu kalaulah ibu bukan ibu Arga.... maafkan kata-kata Arga Bu... itu hanya seandainya saja. Bu, boleh Arga peluk ibu? Gemes banget lihat ibu pake handuk, ini Arga memohon sama ibu... Bahagia sekali bila ibu mengijinkannya"
"Tapi ibu belum pake baju Arga, masa dipeluk pas ibu pake handuk. Malu ahh.." ibu menutupi dadanya dengan tangan yang disilangkan.
"Yaahh katanya sayang... padahal Arga bukan orang lain lho Bu.. Arga putra ibu yang ibu sayang kan? Apa ibu takut sama arga?" Kata-kataku membuat ibu menghampiriku, posisi handuknya itu sejengkal diatas lutut. Membuatku ingin sekali menyingkapkannya lalu mencium memeknya. Pahanya yang besar putih mulus juga pundak dan lehernya yang putih semakin membuat kontolku tak terkendali, tegang setegang-tegangnya!
"Yaa sudah.. kalo kamu pengen peluk ibu peluk sekarang. Kamu aneh-aneh aja mintanya sayang ibu tegang ini?!"
"Saking sayangnya Arga sama ibu, membuat Arga ingin mengungkapkannya dengan cara Arga sendiri bu.. jadi boleh nih Arga peluk ibu?"
"Iyaa sayang, ayoo cepetan peluk ibu sebelum ibu berubah pikiran lho.." kata ibu menantang lalu tersenyum.
Aku berdiri lalu ku peluk ibu dari depan sehingga tubuhku merapat dengan ibu, tinggi ibu hanya 160 sedangkan aku 170 membuat aku bisa mencium keningnya dengan lembut. Ketika ku peluk, kepala ibu aku elus-elus lembut sebagai tanda rasa kasih sayangku kepadanya. Wangi shampo urang-aring dan kulit tubuhnya yang terasa segar mengeluarkan semerbak wangi sabun Lux bunga sakura membuat aku sangat bergairah.
Kontolku sepertinya menekan memek ibuku yang sembunyi dibalik handuknya yang tebal, ibuku merasakannya atau tidak, soalnya ibu hanya diam saja yang ku dengar hanya hembusan nafasnya saja yang terasa semakin berat. Tubuhnya yang pertama kali kupeluk terasa dingin karena sehabis mandi, kini suhu tubuhnya terasa hangat kurasakan. Karena merasa nyaman memeluk ibu uang wangi dan hangat, secara reflek aku mencium pundak dan lehernya "Aaahhh...!" Terdengar suara desahan ibuku keluar dari mulutnya. Tak ada larangan dari sikapnya atau melalui mulutnya, yang ada ibu malah diam seakan membiarkanku melakukannya.
Ketika ku ciumi pundak dan lehernya, ibu semakin memelukku erat seakan tak mau dilepaskan. Aroma tubuhnya yang begitu segar semakin menaikkan libido seksualku. Aku berkata lirih kepada ibu sambil menciumi lehernya, "wangi sekali tubuhmu bu... Arga suka... Ohhh ibuku sayang..." Kutekan punggungnya kearahku sehingga payudaranya yang besar menekan dadaku.
Sebenarnya aku sangat sange sekali, tapi aku tak mau berbuat nekat kepada ibu, aku takut nanti ibu membenciku. Benar saja, ketika kukeluarkan lidahku menjilati lehernya, ibu sedikit menjauh. Untuk saat ini biarlah aku hanya memeluk tubuhnya saja. Setelah ku peluk ibu kucium keningnya, tiba-tiba tubuhnya langsung melemah dan aku mendengar ibu menarik nafas dalam ketika bibirku mendarat di keningnya. Mulut ibu terlihat mengangga sambil memandangku kaku dengan mata yang sayu dan pipinya yang memerah entah karena malu, sange atau gugup, masih menjadi misteri.
Tanganku memegang kedua pundaknya yang terasa lembut di telapak tanganku. aku berkata kepada ibuku, "makasih ya Bu, Arga tahu ibu sangat menyayangiku. Maaf tadi Arga cium kening ibu, menjilat leher ibu... abisnya Arga sayang banget sama ibu."
"Ibu juga sangat menyayangi kamu Arga, kamu bikin ibu deg-degan tadi ihh.. tapi gpp ibu gak merasa risih kok.. ya sudah ibu mau ke kamar dulu yaa udaranya dingin banget.."
"Gak sekalian Arga temenin ibu?"
"Nggak ahh.. takut nanti kening ibu dicium lagi.. hihihi..."
Ibu lalu pergi masuk kedalam kamarnya sambil ku perhatikan goyangan pantatnya yang bahenol, awas saja, Nanti pantat itu akan aku siksa dengan kontolku suatu hari nanti. Kontolku sebenarnya tegang banget tadi pas meluk ibu, apalagi ketika aku menciumi pundak dan lehernya disertai jilatan kecil ibu membiarkanku. Tapi untungnya ibu diam saja tak melarangku, ibu pergi dengan pipinya yang memerah sambil meninggalkan senyuman untukku. Mudah-mudahan saja ini pertanda awal aku akan mendapatkan kepercayaan untuk menikmati tubuh ibuku. Ya?! Mudah-mudahan saja.
Paginya aku seperti biasa membuka warung dan ibu menggoreng macam-macam gorengan, adonannya sudah ibu buat setiap sore, sehingga malamnya tinggal istirahat saja. Sikap ibu kepadaku terasa hangat, obrolanku dengannya semakin kemasalah privasi dan perasaan pribadi masing-masing. Aku merasa senang karena ibuku tidak kaku berhadapan denganku, terlihat biasa saja tidak mempermasalahkan kejadian semalam.
Malam kedua, sejak aku memeluknya tadi malam, aku meminta pada ibuku untuk memeluk tubuhnya lagi tentunya sehabis ibu mandi dan hanya memakai handuk. Kali ini pelukanku agak lama sambil mengelus punggungnya. Rambutnya yang basah dan tubuhnya yang wangi sabun membuatku ingin sekali ngajak ibuku bersetubuh, kontolku sudah uring-uringan ingin masuk kedalam tubuh ibuku. Tapi aku sebisa mungkin berusaha mengontrol nafsuku yang membuat dadaku terasa sesak.
Ku cium lagi keningnya ibu, lagi-lagi ibu menarik nafasnya dan kurasakan ada desahan kecil yang keluar dari mulut ibu. Bulu tangannya sampai bergidik ketika aku cium keningnya, tapi ibu tidak berusaha menghindar atau melawan, dirinya hanya diam dengan pipinya yang berubah warna dari putih menjadi agak kemerahan.
Selama seminggu itu aku maraton semakin sering memeluk ibu, dan mencium keningnya, menciumi pundaknya juga lehernya. Sehingga kegiatan rutinku itu kepada ibu menjadi sebuah kebiasaan yang sudah menjadi kebutuhan. Pernah aku sengaja sehari dimalam hari sehabis ibu mandi tidak aku peluk, dan tidak menunggunya ditengah rumah. Tiba-tiba pintu kamarku dibuka ibu, ku lihat ibu menghampiriku dengan masih memakai handuknya ibu duduk di ranjangku. Aku pun duduk ditengah kasur, karena aku merasa tidak sopan jika ibuku duduk dipinggir ranjang sedangkan aku tiduran.
Baru saja aku duduk, ibuku berkata, "Sehabis ibu mandi... ibu lihat tak ada kamu diruang tengah... Kok tumben kamu tidak nungguin ibu sayang? Gak meluk ibu lagi? Kamu udah bosan sama ibu?" Kata ibu sambil memegang tanganku. Ku rasakan telapak tangannya begitu dingin, mungkin karena ibu baru saja mandi.
"Sebenarnya Arga ingin selalu memeluk ibu setiap hari, karena rasa sayangku pada ibu... tapi Arga takut ibu merasa risih dan marah sama Arga Bu... Alasan lainnya Arga ingin tahu apakah ibu membutuhkan Arga atau tidak? Makanya Arga nungguin ibu disini... Maafkan Arga yaa Bu?! Arga sayang ibu.." ku mendekatinya kupegang tangannya lalu aku cium.
"Kamu tega banget sama ibu Arga, padahal ibu ingin sekali dipeluk kamu. Pas ibu lagi ingin disayang-sayangnya kamu malah ninggalin ibu pergi ke kamar... Ibu udah mandi sampai dua kali disabun agar tubuh ibu wangi dan kamu pun betah berlama-lama memeluk ibu" mata ibu berkaca-kaca seperti meminta belas kasihan, mungkin juga ibu merasa sedikit kecewa karena sudah membersihkan tubuhnya tapi aku tak lagi memeluknya.
"Jadi ibu gak merasa risih dipeluk Arga Bu? Gak marah?" Kataku mulai tersenyum bahagia.
"Kalo ibu marah, kesal, risih... kamu pasti tahu dong gelagat ibu bagaimana..? Tapi nyatanya ibu diam kan? Tak melarang kamu?" Ibu meyakinkan aku bahwa dirinya sama sekali tidak masalah dipeluk olehku.
Karena merasa mendapat ijin aku pun duduk dipinggir ranjang sama seperti posisi ibuku yang sedang duduk, lalu aku pun memeluk ibu disamping ranjangku, tercium dari tubuhnya harum wangi sabun yang ini pakai membuatku merasa nyaman dan mengundang nafsu birahiku. Hidungku aku tempelkan ke kulit lehernya, lalu aku hirup sekuat-kuatnya sehingga membuat ibuku tegang, terlihat dari urat lehernya yang menegang dengan bulu disekitar lehernya yang ikut berdiri, "seperti biasanya tubuh ibu wangi sabun, Arga suka wanginya Bu.." kataku berbisik sambil menciumi lehernya sampai ke pundak.
"Aaahhh...Kamu suka wanginya Mmmhhh.. atau tubuh ibu?" Kata ibu diselingi desahan yang sedikit ditahan.
"Tubuh ibu yang Arga suka Bu, ibu pandai banget merawat tubuh, lembut banget pundak ibu" ku cium dan ku hirup pundaknya dalam-dalam, tubuh ibu bereaksi terhadap kecupanku di pundaknya. Aku lanjut berkata kepada ibu, "Bu, boleh Arga peluk ibu sambil ibu terlentang dikasur Arga Bu?" Ku pandang ibuku.
"Itu namanya nindih ibu sayang bukan meluk, meluk kan biasanya berdiri. Emang ada meluk sambil tiduran?" Kata ibu protes.
"Arga gak akan macam-macam kok bu... hanya saja meluk sambil memiringkan badan pegel bu...Itu juga kalo ibu gak keberatan, Arga gak akan maksa ibu kok.." padahal aku mengharapkan ibu mau.
"Tapi hanya meluk doang kan sayang? Aku ibu kamu lho?!" Ibu menatapku tajam tapi diselingi dengan senyuman.
"Iyaa Bu, Arga hanya ingin kita saling berpelukan dengan santai, bukankah ibu ingin berlama-lama Arga peluk?" Kataku mengingatkan kembali ibuku.
Ibuku mengangguk pelan, "iya sayang... Entah mengapa ibu merasa nyaman dipeluk kamu... Apa mungkin karena saking lamanya ibu tak mendapat kehangatan dan kasih sayang seorang lelaki jadi seperti ini?"
"Bu, Arga ini anak ibu... Didalam diri Arga ada darah ayah dan ibu. Pasti ibu akan merasakan kenyamanan dan kehangatan karena secara tidak langsung didalam diri Arga juga ada ayah yang mengalir didalam darah tubuh Arga... Bu, Arga takkan menyakiti ibu... Sekarang ibu naik ke kasur ya? Arga akan memeluk ibu.." ibu menelan ludah, tatapannya seakan menatapku dalam sampai kedalam hatiku.