Ibu mendekatkan wajahnya ke dadaku seakan seperti meminta perlindunganku, tentu kupeluk tapi tanganku sambil meraba memeknya dari luar cdnya. Hmmm basahnya... Tembem banget.... Hangat... Pikirku.
Sambil kupeluk aku berkata lirih ke ibu, "Bu, boleh tidak.. Arga tidur sekamar dengan ibu. Agar kita semakin dekat.. sehingga... tak ada jarak untuk kita memadu kasih Bu? Kalau ibu tidak berkenan juga tak apa, niat Arga hanya ingin ibu bahagia.."
"Arga, ibu belum mengatakan apa-apa kamu sudah langsung ngejawab duluan. Padahal kamu tidak tahu ibu akan menolak atau tidak"
"Maafkan Arga Bu, Arga takut kata-kata Arga barusan menyinggung perasaan ibu. Ibu satu-satunya wanita yang Arga hormati juga Arga cintai. Sebagai anak, Arga menghormati ibu sebagai ibu kandungku yang melahirkan Arga dulu, juga Arga mencintai ibu sebagai teman hidup Arga, Arga akan menjaga ibu melindungi ibu dan ibu akan mendapati Arga seorang yang menepati janji."
Ibuku memelukku erat sambil menangis di pelukanku, "Arga ibu juga mencintaimu sayang, tapi untuk memiliki ibu seutuhnya beri ibu waktu, karena hati ibu masih terpaut sama almarhum ayahmu. Ibu butuh sedikit lagi dorongan yang membuat ibu yakin bahwa kamu satu-satunya orang yang pantas menggantikan posisi ayah kamu sayang. Kamu boleh tidur sama ibu dan melakukan seperti yang sudah kita lakukan tadi. Tapi Arga, ibu belum bisa memberikan memek ibu sama kamu maaf yaa?. Bukannya ibu tidak yakin, hanya ibu belum siap memberikan satu-satunya mahkota ibu yang sudah ibu jaga dan ibu rawat selama 43 tahun, kecuali sama ayah kamu dulu. Sabar yaa sayang? Berjuanglah untuk mendapatkan hati ibu, kelak kamu pasti akan mendapatkannya" Ibu memandangku sambil berkaca-kaca matanya lalu mencium bibirku dan mencium dadaku.
"Ga' papa bu, Arga tak akan memaksa ibu untuk mencintai arga seperti mencintai ayah, ibu sudah memberikan ijin menikmati tubuh ibu pun Arga sudah merasa senang. Ibu merawatku sedari masih dalam kandungan hingga sekarang, tentu sudah tahu sifat dan karakter Arga bagi ibu. Arga sayang ibu.." ku cium keningnya.
"Arga peluk ibu terus, jangan dilepaskan... Ibu ingin tidur dipelukan kamu sayang..."
"Baik Bu, tidurlah... Arga akan peluk ibu.."
Dikasur yang empuk ibu memelukku dengan kedua payudaranya yang besar merapat ke dadaku, aku tak akan memaksa ibu memberikan memeknya, padahal sebelumnya aku sudah ngomong itu, kenapa aku malah mengulangi kata-kata itu? biarlah dia sendiri yang memilih apakah aku berhak mendapatkan memeknya atau tidak. Tapi ibuku menyemangatiku untuk tetap berjuang mendapatkan cintanya yang sempurna juga memeknya yang penuh kenikmatan.
Akhirnya aku dan ibu tidur sampai pagi, kebetulan hari ini kami tidak buka warung, karena setiap Sabtu minggu kami tidak berjualan, biasanya pergi belanja kepasar atau ngobrol santai dengan ibu dibelakang warung.
Sampai subuh pun kami masih saling berpelukan dengan telanjang bulat, semakin dingin pelukan kami semakin erat merapat. Lalu paginya aku dan ibu bangun dengan perasaan bahagia, bahagia karena sudah memadu kasih sampai orgasme, juga bahagia karena aku dan ibu saling terbuka tak ada lagi yang ditutup-tutupi.
Ketika ibu mau ke kamar mandi sambil telanjang bulat, aku ikuti ibu dari belakang, "kamu mau mandi juga sayang...?"
"Iyaa Bu, kita mandi bareng yuk..?"
"Tapi kamu ingat janji kita kan? Jangan setubuhi memek ibu?!" Kata ibu sambil mendelikkan matanya lalu tersenyum.
"Ihh ibu gak percaya amat sama Arga.. tenang Bu, Arga kan sudah janji gak akan entot memek ibu kan?"
"Ibu percaya kok, siapa tahu kamu lupa.. hihihi"
Lalu aku dan ibu bersama-sama masuk ke kamar mandi, dengan masih memakai kancutnya kami saling menyiram tubuh masing-masing bergiliran. Lalu tibalah saatnya kami saling menyabuni, ibu menyabuni seluruh tubuhku. Ketika tangannya berada dikontolku, ibuku mengocoknya dan mengurutnya sehingga kontolku ngaceng maksimal.
Sekarang giliran ibu aku sabuni tubuhnya, payudaranya aku remas dan aku pijat-pijat sehingga membuat ibuku merasa terpancing gairahnya. Setelah puas meremas payudaranya sambil menyabuni ibu, tanganku mulai turun kebawah dibagian perutnya ku usap-usap. Tatkala telapak tanganku menyabuni bagian memeknya diluar kancutnya ibu membiarkannya, tapi aku tetap memegang janjiku pada ibu untuk tidak menjamah memeknya secara langsung.
Setelah saling menyabuni, kami saling menyiram tubuh masing-masing sampai bersih. Tapi masalah baru muncul, kontolku tegak berdiri minta ditenangkan. Ibuku tahu apa yang harus dilakukannya, lalu ibu jongkok dan menyepong kontolku. Aaahhhh... Ibu pandai banget nyenangin Arga... Jadi semakin cinta Arga sama ibu... Aahhh... Uuuggghhhh... !! Ibu masih terus melanjutkan sepongannya menyedotnya kuat hingga akhirnya kontolku memuntahkan spermaku didalam mulutnya, seiring muncratnya muntahan spermaku, ibu langsung menelannya sampai habis sampai aku lemas lututku terasa ngilu untuk berdiri.
Tidur berdua, mandi bersama jika ada kesempatan, makan sepiring berdua juga digelas yang sama. Itu semua sudah menjadi kebiasaan dan kebutuhan aku dan ibuku. Setiap hari aku dan ibu semakin mesra, saling perhatian dan menunjukkan pada diri masing-masing bahwa aku dan ibu saling membutuhkan.
Ketika aku dan ibu sedang makan dipiring yang sama digelas yang sama pula, ibu-ibu yang sudah biasa ngobrol dengan ibu didepan warung sampai menjuluki aku dan ibu seperti pengantin yang baru menikah, romantis banget katanya. Aku dan ibu tersenyum lalu mengajak ibu-ibu itu untuk makan bersama sambil ngobrolin lelaki seperti biasanya.
Ibu selma, "aduh ibu Aminah... kok beda ya sekarang mah terlihat semakin cantik dan seger banget keliatannya... Kayak gak ada beban gtu..."
Ibuku, "itu perasaan Bu Selma aja... Dari dulu kali saya cantik hihihi...!"
Ibu selma, "tumben-tumbenan makan sepiring berdua Bu Aminah? Jadi iri saya... Saya malah belum pernah makan sepiring berdua"
Ibuku, "yahh namanya juga ibu dan anak... Tentu gak ada salahnya kalau apapun dilakukan bersama iya kan Bu selma?"
Ibu selma, "iyaa Bu Aminah... Saya lihat Bu Aminah sama Arga ini pantes banget jadi suami istri, serasi banget... Hehehehe becanda Bu Aminah jangan diambil hati ya Bu?!" Kata Bu Selma sambil memasukan nasi kedalam mulutnya, ibu-ibu yang lain hanya mengangguk saja.
Ibuku, "Amiin Bu selma, mudah-mudahan saja jadi suami istri..." Kata ibuku tersenyum kepadaku. Aku jadi bengong ibuku mengatakan itu didepan ibu-ibu yang sedang pada makan didepan warung bersama ibuku.
Ibu-ibu semuanya kompak bilang, " amiiinnnn... Semoga jadi suami istri..." Mereka semua pada tertawa, mungkin anggapan mereka kata-kata ibuku hanya candaan saja. Jadi tidak serius menanggapinya.
Kalaupun iya memang terjadi, tetangga warung sebelah pun sebenarnya tidak terlalu ikut campur urusan dalam keluarga orang lain meskipun itu urusan pribadi, kami saling menghormati dan menghargai. Pernah ada kejadian dimalam hari ada sekelompok orang memperkosa ibu tua, tapi untungnya aku dengan sigap menghajar mereka lalu aku patahkan kedua jempol tangan mereka sebagai ganjaran yang setimpal dan diserahkan ke keamanan setempat.
Aku yakin jika aku sampai menghamili ibuku, mereka yang ada disekitar sini takkan mencaci atau mengusirku. Karena selama tidak merugikan keluarga lain, kami bersikap biasa saja. Entah sejak kapan kebiasaan itu terjadi, saya pun kurang begitu tahu. Hanya saja kenyataannya kami memang saling menghargai dan menghormati dengan sesama para pedagang disini.
Ritual tabu dengan ibu terus berlanjut hingga hampir 1 bulan, dengan tanpa melakukan persetubuhan langsung, hanya cd ibuku saja yang selalu masih dipakainya ketika aku menyetubuhinya, lebih tepatnya disebut petting. Aku dan ibu sudah sepakat jika menyentuh memek dari luar diperbolehkan, asal jangan sekali-kali membuka atau menyentuh langsung saja.
Padahal aku sangat ingin merasakan memeknya ibu, entah sampai kapan aku bertahan?