Sampai saat ini aku masih mengingat-ingat, kapan situasi ini bermulai. Aku Irvan, lelaki yang kini menginjak usia 21 tahun dan masih kuliah. Bunda, ibuku dan sekaligus kekasihku, perempuan yang kini baru menginjak usia 38 tahun.
Bundaku memang menikah muda, dinikahkan pada ayahku yang tak bertanggungjawab meninggalkan kami sejak aku berusia 8 bulan. Katanya memang bunda dihamili ayah saat bunda kelas 2 SMA, kemudian mereka dinikahkan dalam kondisi telah hamil duluan.
Menurut cerita bunda, ayahku adalah pacar pertamanya. Saat itu bunda adalah kembang desa yang sangat cantik, sampai saat inipun masih sangat cantik. Bunda berpacaran dengan ayah sejak kelas 1 SMA semester 2. Selama berpacaran, ayahku selalu tak bisa menahan untuk menciumi dan merabai badan Bunda yang mungkin cantiknya luarbiasa.
Setiap ada kesempatan, bunda selalu di grepe bahkan memeknya selalu dimainkan ayah. Sampai akhirnya, bunda pasrah diperawani ayah di rumah kakekku. Katanya, sejak itu bunda di ewe berkali kali, dan akhirnya hamil diriku dan kemudian dinikahkan. Singkat cerita menginjak usiaku 8 bulan, ayah menghilang dan sampai saat ini belum pulang entah kemana. Akhirnya bunda membesarkan ku sendirian, meskipun kakek, bapaknya ayah, rutin membantu mengirim uang yang cukup untuk kami hidup sebagai bentuk tanggung jawab.
Tapi biarlah, itu cerita lalu, meskipun bagi yang lain aneh kini pemilik bunda satu satunya ya aku anaknya sendiri.
Aku dibesarkan bunda penuh kasih, meskipun ia sendirian, ia berjuang dengan jualan online dan bisa terhitung berhasil hingga saat ini. Bisa dibilang kehidupan kami cukup cukup saja, dan bunda juga bisa menguliahkanku dan membiayai segala kebutuhanku.
Setelah seminggu di kos, seperti biasa tiap weekend aku selalu pulang ke rumah. Atas permintaan bunda, setiap weekend atau libur aku wajib pulang untuk memenuhi kebutuhanku dan kebutuhan bunda. Ya, meskipun ia bundaku, kami rutin berhubungan badan layaknya suami istri. Dan ini sudah berjalan sangat lama.
Seingatku, dari mulai aku mampu ereksi, vagina bunda adalah tempat memuaskanku. Kami sudah terbiasa dengan kegiatan ini, dan bunda pun tak pernah menolak menyediakan kenikmatan ini sampai saat ini. Yang bunda katakan sejak dulu hanya jangan sampai hal ini diketahui orang lain. Memang tidak setiap hari aku menyenggamai bunda, tapi kapanpun aku mau bunda selalu memenuhi keinginanku.
Sudah lama aku juga tak menyadari bahwa ini salah atau benar. Yang aku tahu kini, hal ini adalah kebutuhan kami berdua. Karena tak hanya aku yang minta, bunda juga saat butuh minta aku untuk memuaskannya. Mungkin itulah yang tidak membuat bunda maupun aku tak ada niat mencari pasangan lagi. Semua kebutuhan nafsuku dan nafsu bunda selalu terpenuhi. Kamipun saat di rumah tidur seranjang.
Kali ini aku pulang agak malam, karena ada tugas yang harus ku kerjakan terlebih dahulu. Aku punya kunci rumah sehingga tak harus mengetuk pintu membangunkan bunda. Saat pintu kubuka, aku langsung mengunci pintu dan mencari keberadaan bundaku. Ternyata dia sedang tertidur lelap di kursi sofa depan tv yang masih menyala.
Bunda saat itu menggunakan daster seksi, celana dalamnya warna hijau muda terlihat karena daster yang menaik. Akupun segera menghampirinya dan kemudian mencium keningnya. Bundaku ini meskipun sudah mau kepala 4, tapi masih sangat cantik, putih dan mulus. Susunya masih sangat kencang, dan vaginanya mulus bersih dan selalu tanpa bulu. Sebenarnya ini permintaanku, jadinya tiap aku mau pulang pasti bunda cukuran dulu.
Setelah ku cium, kulihat bunda membuka mata..
"Eh aa, udah sampe.." ucapnya pelan karena masih ngantuk.
"Iya bunda, aa udah sampe.. bunda ngantuk?"
"Iya td bunda ketiduran.. mau makan a?" Bunda duduk menggeliat dan mengikat rambut panjangnya.
"Iya aa mau makan bunda.. ada makanan apa" kataku sambil menyimpan tas dan jaket.
"Ada ayam goreng sama soto.. sok aa mandi dulu, biar bunda siapin buat aa" katanya sambil pergi ke dapur.
Akupun langsung mandi membersihkan diri. Setelah selesai kulihat bunda terkantuk di meja makan menungguku. Akupun langsung menghampirinya dan memeluknya kemudian mencium pipinya. Dengan mata yang setengah terbuka, bunda tersenyum dan mengusap pipiku.
"Makan dulu a.."
Akupun kemudian menyantap makanan yang terhidang, sambil mengobrol dengan bunda. Kantuk bunda mulai hilang, dan kami ngobrolin tentang cerita aku di perkuliahan atau teman teman. Akhirnya setelah mengobrol lama makananku habis, dan bunda pun beranjak menuju kamar.
"Beresin piring dan makanannya a, bunda siap siap dikamar.."
Maksudnya siap siap di kamar itu artinya bunda siap siap mau melayani kebutuhan seksualku.
Akupun langsung membereskan piring, dan makanan yang tersaji di meja. Setelahnya cuci tangan dan minum air putih, aku mengikuti bunda ke kamar.
Saat ku buka pintu kamar, bunda sudah telanjang tanpa sehelai benang. Tubuh eloknya jelas terlihat, mulus putih bersih dan vagina botak seperti ABG. Lengan bunda diatas kepala dan menutup bagian mata. Ia mungkin mulai mengantuk tapi merasa wajib melayaniku dulu.
Akupun mulai membuka celana dan bajuku. Kemudian naik keatas tubuh bunda.
"A.. jangan dulu masukin.. jilatin memek bunda dulu a.."
"Iya Bun"
Akupun langsung mendekatkan lidahku di vaginanya, dan mulai menjilat jilat lembut belahan memeknya.
"Ahh..aa.. ssh.. terus a.. shh..ahh.." bunda mendesah desah menikmati jilatanku di memeknya.
Memek bunda nggak pernah bau, selalu wangi khas memek. Jadi saat aku menjilatinya, akupun menikmati. Pernah suatu kali memek bunda agak bau karena memang pulang dari zumba, memeknya asin dan agak bau keringat. Jadinya aku tidak lama langsung ngewe bunda.
Kali ini, memek bunda wangi seperti biasa, jadi aku juga senang menjilati bunda.
"Ahhh..aa..enak a..shh..ahh memek bunda geli..shh ahh.." desahnya.
Setelah menjilat jilat, aku emut itil bunda sambil aku korek korek liang memeknya. Aku tau ini kesukaan bunda. Dia mendesah keras jika aku perlakukan begitu.
"Ahhh aa.. terus aa..ahhh..awwhh.. aahh..sayang..ahh" bunda mendesah desah sampai pantatnya terangkat menekan wajahku dan kemudian terkulai.
"Ahhh.. udah a.. sok masukin memek bunda a.."
"Iya nda.." akupun beranjak menaiki tubuh bunda untuk segera menyenggamainya.
Bunda membantu memegang kontolku dan mengarahkan ke liang memeknya.
"Teken a..nah..achhh uuchh aa.. kontol aa makin gede aja.." kontolku melesak masuk ke memek bunda yang sempit seperti biasa.
"Aaghh.. bunda.. memek bunda enak" desahku sambil mulai mengocok vaginanya.
"Ya sok a.. puas puasin ke bunda.." bunda pun memegang bagian atas ranjang dan membiarkanku menikmatinya.
"Ahh..bunda..sshhh..achh..ahh.."
"Sshh ahh..aa..shhh ahhh..uhh.."
Akupun dengan khusyuk mengocok vaginanya sambil merem melek. Dan mendongak keatas. Bunda dengan bebas membiarkan anaknya menikmati liang surganya sampai puas. Aku genjot pelan bunda menikmati inci demi inci jepitan vaginanya. Hampir 15 menit kontolku terus keluar masuk vagina bunda.
"Achh.. kuat banget aa..ahh ahh..lemes bunda.. jangan ditahan a..keluarin aja..achh..shh ahh"
"Iya bentar bunda..aa masih enak..uuchh..ahh.. sempit nda.."
"Achh..sok sing wareg a (kenyang/puas).. ahh ahh.." bunda merem melek menikmatinya.
Kuakui, vagina bunda sempit dan ketat. Padahal sudah tak terhitung liangnya ini aku masuki kontol yang ukurannya lumayan besar. Sampai saat ini bunda selalu memuji kontolku yang besar, akupun selalu memuji memeknya yang ketat.
"Ahh..nda..shh ahh..aahh" kontolku terus naik turun mengocok vagina bunda.
"A.. sambil nyusu a.. biar cepet keluar..eunghh..ahh ahh.." bunda terpejam sambil mendesah.
Akupun segera mengemut susunya yang putih bulat dengan areola pink. Meskipun aku rutin memakai vaginanya, aku tak dibebaskan menghisapi payudaranya. Dulu saat masih SMP aku bebas ngewe bunda sambil nyusu, tapi sejak aku nakal membuat susu bunda merah merah, dia membatasiku hanya boleh menyusu kalau ia izinkan. Kalau aku nekad ia mengancam nggak akan memberiku jatah hubungan seks.
Terlebih lagi, kalau ngewe bunda sambil nyusu, aku jadi cepat keluar, dan mungkin bikin bunda nanggung karena aku keluar duluan. Jadinya aku diajari untuk menjilati dulu vaginanya, dan tidak sembarangan ngasih aku menyusu. Sehingga ia bisa puas nggak nanggung saat aku senggamai.
Jadinya ini adalah kelemahanku, kalau bunda udah pegel karena aku belum juga ejakulasi, bunda baru kasih aku menyusu. Kadang aku lebih bebas menjilati memeknya dibandingkan menyusu.
"Ahh sllpphhh sppphhh..ahhh.." aku mengocok memek bunda lebih cepat sambil aku mengisap putingnya.
"Agghh..shhh ahhh..memek bunda pegel aa.. belum keluar juga sayang?"
"Sppphhh...belum bunda bentar lagi aa keluarin.."
"Ahh shhh ahhh.. cepetin a..cepetin a..ahh ahhh...Bunda nyampee a....aaachhh.." Tubuh bunda menggelinjang naik turun tanda dia orgasme duluan.
"Ahh Bunda..ahh shhh ahh.." aku terus menggenjot keras vagina bunda yang sudah terkulai lemas. Aku semakin bernafsu namun belum ingin ejakulasi.
Selama kami rutin bersenggama, bagian memek adalah yang paling bebas aku nikmati. Mulai aku jilat, kobel kobel hingga aku kocok dengan kontol. Bagian payudara bunda, hanya boleh aku isap jika bunda mengizinkan. Dan bagian bibir bunda, yang seksi dan merah muda pucat, adalah bagian yang tak pernah sekalipun aku sentuh.
Namun saat ini, entah kenapa aku ingin melumat bibir bunda yang agak terbuka karena mendesah. Aku ingin berciuman dan mengulum bibirnya yang menggoda.
"Ahh ahh ahh..keluarin a" bunda mendesah pelan.
"Ahh bunda.. mmmuuaccchh" dengan tiba tiba aku mencium mengulum bibir bunda sambil mengocok keras vaginanya.
"Mmmuuachhh aachhhh uuumhhhh ahhh bundaaa aa keluarrr...huuhh huuhhh uuunghhhhmmhhhh" aku mengulum lidah dan bibirnya dan bundapun membalas tak kalah panasnya, sambil akhirnya aku kelojotan memuncratkan mani ku di liang vaginanya.
"Uuunghhhhhh huumhhhhmmmmuachhh" croot crot croott.. seperti biasa banyak sperma ku muntahkan di rahimnya. Yang tak biasa, aku ejakulasi sambil mencium bibir bunda dengan ganas.
"Aahhh.. aa.." bunda juga sama sama orgasme seiring keluarnya spermaku di dalam liang kenikmatannya.
Aku terkulai lemas disampingnya, dan bunda pun sama sama terkulai memelukku. Kami berdua ngos-ngosan, dan Bermandi keringat. Aku memejamkan mata, dan memeluk bunda yang terkulai disampingku.
Setelah nafas kami berdua mereda, aku yang masih terpejam menikmati ejakulasi kemudian diusapi kepalanya oleh bunda.
"A.. kenapa cium bunda?" Tanyanya
"Hmm.. maaf bunda, aa refleks.."
"Tumben loh aa crot sambil cium bibir bunda"
"Iya nggak tau aa juga..spontan aja Bun"
"Hmm masa.."
"Iya Bun.. sumpah.. refleks aja aa cium bibir bunda"
"Oh gtu.. gak biasanya.. aa udah mulai pacaran ya a?"
"Heh? Engga Bun..sumpah aa nggak pacaran"
"Masa sih.. itu gening aa berani cium perempuan"
"Ya gatau bunda aa refleks aja cium bunda pas mau keluar, tapi sumpah aa nggak pacaran kok"
"Oh gitu.. tapi kok ciumannya meni ganas gitu a..sampe kulum kulum lidah bunda.. belajar darimana?"
"Insting aja Bun.. nggak belajar dari siapa siapa.."
"Masa sih"
"Sumpah bunda..aa mah nggak pacar pacaran"
"Oh gitu.. jangan dulu lah ya a.. jangan pacaran.. kan kalau pengen memek mah biasa ge ke bunda.."
"Iya bunda nggak kok.. aa mah gak kepikiran mau pacaran.."
"Iya kalau aa udah ada suka ke temen aa.. aa cukup bayangin we pas lagi ewe bunda.. nggak usah pacaran.. da memek cewe mah sama aja rasanya kaya memek bunda.."
"Iya iya bunda.."
"Ya udah sok tidur sayang..bunda juga udah ngantuk.. jangan kobel kobelin memek terus, bunda gak bisa tidur.."
"Iya iya.. aa tidur.."
Bundapun memelukku, dan aku memeluknya. Kamipun tertidur lelap, hingga pagi menjelang.
Aku kebangun duluan, kulihat bunda masih tertidur dan telanjang. Setiap pagi penisku selalu berdiri, dan seperti biasa aku menyenggamai bunda pagi pagi.
Tak banyak foreplay, aku naiki lagi tubuh bunda, dan memasukkan kontolku ke memeknya.
"Achhh..sshh" sambil mata masih terpejam aku mendesah pelan saat kontolku masuk memek bunda.
Bunda pun membuka sedikit matanya dan membuka pahanya dan membiarkanku menikmatinya lagi.
"Achh..ahh"
"Uhhhs..shhh ahh" bunda desah pelan menikmati kocokanku.
Sambil sama sama masih mengantuk kamipun berhubungan intim lagi. Biasanya jika bercinta pagi, aku tak terlalu lama untuk ejakulasi. Bunda pun juga tak meminta kepuasan, jadi membiarkanku secrotnya saja.
Dan baru lima menit akupun menumpahkan lagi spermaku di memek bunda. Habis aku ewe, bunda meringkuk lagi membelakangi ku, kulihat spermaku meleleh keluar dari vaginanya.
Sambil terduduk dan menikmati gelombang orgasme, ingatanku mulai bermunculan, hingga aku mulai ingat sejak kapan cerita terlarang ini di mulai.. dan saat itu aku masih sekolah dasar....