SINTA terpaksa harus menelan pil pahit itu. Pernikahannya dengan Bahtiar hanya bertahan sampai dua tahun. Untung mereka belum punya anak sehingga beban Sinta menjadi lebih ringan ketika ia harus pulang dan tinggal bersama dengan kedua orangtuanya lagi melepaskan segala kenangan manis yang pernah ditorehnya dengan Bahtiar.
Tidak ada seorang pun yang tahu kenapa Sinta bercerai dengan Bahtiar, termasuk kedua orangtuanya. Kedua orangtua Sinta menerima kembali anaknya yang malang ini dengan tangan terbuka. Habis, bisa berbuat apa mereka, meskipun hati mereka terluka dan sedih karena rumah tangga anaknya yang hanya seumur jagung itu hancur berantakan, bagaikan sebuah piring keramik yang jatuh ke lantai dan pecah.
Sinta kembali menempati bekas kamarnya semasa dulu ia masih gadis. Tidak ada yang berubah di kamar Sinta. Yang berubah hanya dirinya, sudah tidak perawan, bahkan sudah menjadi janda. Tetapi Sinta tidak menyadari jika sekembalinya ia tinggal di rumahnya gerak geriknya selalu diperhatikan oleh seseorang.
Sinta kalau bangun tidur pagi-pagi ia tidak mengganti pakaian tidurnya yang tipis dan tembus pandang itu dengan pakaian yang lebih sopan. Malahan ia juga tidak memakai BH sehingga dari pakaian tidur tipisnya tersebut timbul pemandangan yang sangat indah sampai membuat detak jantung Hermanto menjadi tidak normal setiap pagi.
Hermanto adalah ayah dari Sinta. Akibatnya Hermanto selalu menunggu Sinta bangun pagi setiap hari untuk menikmati indahnya lekak lekuk tubuh Sinta yang terpancar keluar dari pakaian tidurnya. Buah dada Sinta yang sekal, namun tidak terlalu besar tapi bulat dan kencang sungguh sangat menggugah gairah setiap laki-laki yang memandanginya, termasuk Hermanto, ayah dari Sinta. Putingnya yang seperti butiran mutiara hitam dari Tahiti itu berdiri mencuat dikelilingi oleh aerola yang luas berwarna coklat mengajak tangan laki-laki untuk memelintirnya.
Belum lagi Sinta selesai mandi, Sinta menggunakan handuk pendek keluar dari kamar mandi menjemur BH dan celana dalamnya. Penis Hermanto seperti memberontak tak sabar hendak keluar dari celananya ketika ia melihat punggung Sinta yang licin dan pahanya yang mulus minta dielus itu.
Efeknya adalah apabila Sinta sudah berangkat pergi bekerja, secara sembunyi-sembunyi Hermanto akan masuk ke dalam kamar Sinta mencari BH atau celana dalam Sinta untuk menuntaskan birahinya yang tertunda. Ketika Sinta memakai celana dalam atau BH-nya itu Hermanto akan membayangkan penisnya menempel di vagina atau di payudara Sinta.
Pagi hari itu Hermanto bangun, Miranda yang sedang sibuk bikin kue karena ada pesanan dari tetangganya menyuruh Hermanto, "Pa, tolong ambilin panci di kamar Sinta dong," suruh Miranda setelah Hermanto keluar dari kamar mandi selesai mencuci muka, kencing dan sikat gigi.
"Saya mana berani masuk ke kamar Sinta Ma, Sinta belum bangun, Mama saja yang ngambil sendiri." balas Hermanto.
"Nggak apa-apa, Papa aja, tangan Mama lagi belepotan tepung begini. Pancinya ada di atas lemari, tinggal diambil, nggak mengganggu Sinta tidur kok."
Hermanto memang segan masuk ke kamar Sinta kalau Sinta ada di kamarnya, tetapi kalau Sinta tidak ada, Hermanto tau Sinta punya BH dan celana dalam warna apa, modelnya apa, berapa banyak, Hermanto hafal di luar kepala.
"Sinta~~~," panggil Hermanto mengetuk pintu kamar Sinta pelan-pelan.
Tidak ada jawaban dari dalam, lalu Hermanto membuka pintu yang tidak dikunci itu. Aggghh~~~ Hermanto seketika terperangah kaget! Saking kagetnya sampai-sampai pintu kamar Sinta yang masih dipegang Hermanto ikut bergetar hebat, sebab di tempat tidur terlihat oleh Hermanto sesosok tubuh wanita yang sedang tergeletak bertelanjang bulat. Full screen tanpa penghalang dan tanpa embel-embel apapun!
Kedua tangan Sinta telentang sementara kakinya mengangkang lebar seperti orang yang mau melahirkan. Namun ketika Hermanto membayangkan bahwa kesempaan ini adalah kesempatan yang terbaik baginya untuk menikmati tubuh anaknya yang sudah janda ini secara utuh, buru-buru ia pergi ke kamar menyambar hapenya.
Hermanto mendekati Sinta dan memandang Sinta yang tertidur pulas dengan mulut celangap itu. Sinta tidur sangat nyenyak. Vaginanya yang membujur ke bawah dengan bibir mayoranya yang sedikit terjulur keluar terlihat dengan sangat jelas dan merangsang syahwat Hermanto untuk merabanya karena di pubis Sinta itu hanya tumbuh sedikit bulu hitam.
Hermanto langsung membikin video utuh tubuh telanjang Sinta dengan kamera hapenya. Tidak ada sudut yang terlepas dari lensa kamera Hermanto terutama vagina dan payudara Sinta yang dijadikan fokus utama oleh Hermanto, bahkan Hermanto berani membuka lebar bibir vagina Sinta dengan jarinya untuk di closeup isi vaginanya.
Setelah itu Hermanto juga mencium vagina Sinta dan dikeluarkannya penisnya yang mengacung tegang dari celananya lalu digesek-gesekkannya kepala penisnya yang bulat merah meradang itu ke belahan vagina Sinta. Sinta tertidur pulas tidak merasakan apapun yang dilakukan oleh Papanya terhadap tubuhnya yang boleh dibilang sexy itu.
Hermanto kemudian baru mengambil panci pesanan Miranda di atas lemari. Secepatnya ia berlalu dari kamar Sinta dengan menutup kembali pintu kamar Sinta secara perlahan-lahan.
"Ngapain sih Papa ini tiba-tiba horny, Mama lagi sibuk begini, sudah nggak tahan apa?" kata Miranda ketika payudaranya yang tidak pakai BH itu dicengkeram tangan Hermanto dari belakang.
"Nanti Papa ceritakan, sekarang kita ngentot dulu," jawab Hermanto tak sabar segera mempelorotkan celana santai Miranda dari belakang.
"Papa! Aduhhh~~~ kayak masih muda aja ya Papa ini, sebentar lagi Auriel bangun Pa, jangan Pa~~~ oooo~~ Papp~~~ pahhh~~ mmmhhahh~~~"
Miranda berteiak menolak, tapi ketika anusnya dijilat oleh Hermanto, Miranda mendesah keenakan dan mendongakkan pantatnya biar lidah suaminya itu gampang menelusuri sampai ke vaginanya sementara Miranda menghentikan mengadoni bahan kuenya dan kedua tangannya yang belepotan tepung itu langsung berpegangan kuat-kuat pada tepi meja menahan nikmat dari lubang anusnya yang sedang dipompa penis Hermanto yang keras dan garang.
"Ohhh~~~ Pappp~~~ Papp~~ pahhh~~~ ohhh~~~ shhhh~~~ aihhhahhh~~~" desis Miranda merasa kenikmatan di tubuhnya semakin meningkat bersamaan dengan penis Hermanto yang terasa semakin keras memompa lubang anusnya yang sudah sering dipompa oleh Hermanto.
"Aaaooogggghh~~~ Mirandaaaa~~~ nikmatnya anusmuuuu~~~" teriak Hermanto melepaskan tembakan air maninya yang kencang di dalam anus istrinya.
CUSSSS~~~~ CROOTTT~~~ CUUSSS~~~~ CUSSS~~~ CUSSS~~~
Banyak, semprotan air mani Hermanto. Miranda bisa merasakan saluran anusnya penuh sesak sampai menggelembung seperti balon. Setelah menumpahkan air maninya, Hermanto hanya bisa terkulai lemas di punggung Miranda. Miranda juga seperti terbang melayang ke angkasa dengan napas tersengal-sengal.
Sewaktu Hermanto mencabut penisnya, air maninya muncrat dari lubang anus Miranda yang bolong itu ke lantai. "Maaf ya Ma," kata Hermanto memeluk Miranda dengan mesra dari belakang. "Tadi Papa masuk ke kamar Sinta, Papa melihat anak kita tidur telanjang bulat."
"Kasihan ya Pa, anak kita~~~ mudah-mudahan ia cepat dapat jodoh lagi~~~" jawab Miranda.
"Iya Ma, terima kasih ya, Mama sudah memberikan kepuasan yang paling nikmat sedunia pada Papa, mudah-mudahan Mama juga puas." balas Hermanto mencium pipi istrinya, mencium leher istrinya dan mencium telinga istrinya, tapi yang ada di dalam benak Hermanto bukan Miranda, melainkan Sinta yang telanjang bulat itu.
-- oooOooo --
Hermanto benar-benar menikmati video yang dibuatnya itu, tidak pagi, tidak siang, dan tidak malam sambil ditemani oleh BH dan celana dalam Sinta.
Hermanto tidak menyangka dan seperti ia sedang bermimpi basah saja ketika ia menonton video tubuh Sinta yang telanjang bulat tersebut. Coba saja kalau ia menolak permintaan Miranda, sampai nanti datang kiamat pun ia tidak akan dapat melihat tubuh anaknya yang sudah janda ini telanjang bulat. Tubuh yang benar-benar merangsang syahwatnya.
Miranda pula yang menjadi korban kebuasan syahwat Hermanto yang seperti tidak puas-puasnya menyetubuhi Miranda. Miranda dan Hermanto memang masih giat melakukan hubungan seks sebelum Hermanto mendapatkan video porno itu.
Mereka tidak hanya melakukan hubungan seks satu arah saja, yaitu hanya melalui vagina, tetapi dua arah, yaitu melalui hubungan vagina dan hubungan anus. Miranda menyukainya karena kata Miranda hubungan melalui anus itu, lebih nikmat dan lebih mantap.
Miranda berumur 48 tahun, cantik bertubuh bahenol, pantatnya besar dan payudaranya montok, sedangkan Hermanto berusia 51 tahun, tubuhnya atletis dan mempunyai ukuran senjata 16 sentimeter. Mereka dikaruniai 3 orang anak masing-masing; Taulani 28 tahun, Sinta 26 tahun dan Auriel 20 tahun.
Taulani sudah punya istri dan istri Taulani sedang hamil besar mungkin seminggu atau 2 minggu lagi akan melahirkan. Miranda harus pergi mengurus cucunya karena Taulani tidak mau memakai baby sitter.
Kepergian Miranda ke rumah Taulani, membuat Hermanto merdeka sebab ia bisa bebas berdua saja dengan Sinta di rumah. Tidak ada orang yang mengganggu karena Auriel kuliah, jarang pulang ke rumah dari kostnya. Sedangkan Miranda akan pulang ke rumahnya seminggu sekali untuk menunaikan tugasnya menjinakkan penis Hermanto.
Miranda sudah janjian dengan Hermanto supaya minta dijemput pada hari Sabtu siang supaya ia bisa service penis Hermanto pada malam harinya, setelah itu ia akan kembali ke rumah Taulani pada hari minggu siang.
Mulailah Hermanto melakukan aksinya menggoda Sinta. Pulang kerja Hermanto sengaja duduk nonton televisi hanya memakai celana dalam sambil menunggu Sinta pulang kerja dengan ditemani segelas kopi instan. Sinta bekerja di sebuah outlet tas wanita yang berjualan di sebuah mall besar.
Ternyata Sinta tidak sempat lagi memperhatikan Papanya sejak Miranda berada di rumah Taulani. Sinta terlalu capek karena ia harus menggantikan Mamanya mengurus rumah, mencuci pakaian Papanya, mencuci pakaian Auriel jika Auriel berada di rumah dan pakaiannya sendiri. Belum lagi menyapu rumah, semuanya dikerjakannya sendiri, sehingga pulang kerja, habis mandi, ia langsung tidur. Pakaian kerjanya dionggokannya begitu saja di lantai kamar mandi biar besok pagi baru dicuci.
Yang beruntung adalah Hermanto. Sewaktu Hermanto masuk ke kamar mandi hendak mandi, ia menemukan seonggok pakaian Sinta di lantai kamar mandi, Hermanto langsung senang bukan alang kepalang. Apalagi dipegangnya BH dan celana dalam Sinta yang masih dalam keadaan hangat, lalu segera dihantarkannya ke hidungnya.
Hmmm~~~ bau kedua "barang antik" milik Sinta tersebut benar-benar masih fresh, sama seperti Hermanto mencium payudara dan vagina Sinta.
Apalagi di celana dalam Sinta melekat lendir yang keluar dari vagina Sinta, betapa wanginya lendir vagina Sinta itu. Hidung Hermanto menyedot kuat- kuat, sehingga penisnya yang mengacung tegang hanya dipegang saja air maninya sudah muncrat ke dinding kamar mandi.
Hermanto semakin penasaran dengan Sinta. Kali ini Hermanto pura-pura ketiduran di sofa. Penisnya ia keluarkan dari bagian pinggir celana dalamnya dan televisi ia nyalakan. Kopi juga tidak dihabiskannya, tetapi ditinggalkannya setengah gelas supaya nanti Sinta pulang kerja, Sinta melihatnya benar-benar ia ketiduran.